Kamis, 03 Desember 2015

Benjolan di Payudara (FAM)

Assalammualaikum temans

Mau berbagi pengalaman nih. Sebagai wanita memang sudah seharusnya memperhatikan tubuh dari atas kepala sampai ujung kaki. Gak hanya untuk wanita juga sih, laki-laki juga harus memperhatikan. Karena penamilan (terkadang) jadi nilai utama seseorang. Sebagai wanita gue termasuk orang yang cuek dalam memperhatikan penampilan dan memperhatikan bagian  tubuh yang lain. Sampai ketika gue tersadar ada sesuatu yang mengganjal di bagian payudara.

Sekitar awal bulan Oktober 2015, gue merasakan nyeri di bagian payudara sebelah kanan. Sebenarnya ini adalah hal yang biasa (menurut gue) karena ini biasa terjadi ketika gue akan kedatangan tamu tiap bulannya. Karena gue cuek yasudahlah gue ga terlalu memikirkan rasa nyeri itu. Hari berikutnya masih merasakan nyeri, nyeri yang dirasakan itu terkadang timbul dan hilang sesukanya (sama kaya cowo yang lagi pdkt) hahaha #abaikan. Sampai akhirnya gue browsing di mbah gugle dan melakukan SADARI. Apa itu SADARI? SADARI adalah perikSA payuDAra sendiRI. Dan ternyata benar aja, gue merasakan adanya benjolan pada payudara kanan. Masih berpikir positif kalo ini hanyalah kelenjar biasa yang memang ada di payudara. Tapi setelah saya SADARI ternyata di payudara kiri tidak terdapat benjolan yang sama seperti yang kanan. Oke, pikiran gue sudah mulai gak kekontrol karena cukup kaget dengan adanya si benjolan yang dateng ga bilang-bilang.

Singkatnya gue langsung menuju RS. Hermina Depok atas rekomendasi sahabat gue dan bertemu dengan Dokter Asri SpB untuk memeriksakan benjolan tersebut. Proses pemeriksaan tidak menggunaan alat USG atau cek lab. Gue tiduran dengan tangan diangkat keatas dan dokter hanya meraba dengan tangannya. Kemudian dr. Asri langsung mendiagnosa kalau benjolan ini adalah FAM  Dan besarnya kurang lebih 5cm.
Apakah itu FAM? Apakah sama bahaya dengan kanker? Lalu bagaimana mengobatinya? Gue langsung bertanya panjang x lebar, karena gue takut ini penyakit yang membahayakan seperti kanker payudara.

FAM (Fibroadenoma mammae) berasal dari fibro = jaringan ikat dan adonema = jaringan kelenjar. FAM ini termasuk dari tumor jinak dan biasa menyerang wanita pada usia 20-30 tahun. Penyebab utamanya menurut dokter adalah hormon dan pola hidup. Jika memang banar hormon berarti gue memang memiliki kesempatan untuk mengidap FAM, karena sirkulasi bulanan gue yang gak lancar. Tanpa diduga dr.Asri langsung nembak kapan gue mau di operasi. What? Seketika kaget, “Operasi? Gada cara lain selain operasi dok?” seumur-umur di rawat di rumah sakit aja baru sekali. Ini untuk kedua kalinya masa langsung operasi sih. Menurut dokter memang harus di operasi, benjolan itu harus di angkat untuk diperiksa di bawah mikroskop apakah benjolan itu berbahaya atau engga. Tapi jika memang ini FAM benjolan ini tidak berbahaya. Jadi dokter pun tidak memaksa harus segera di operasi, tapi menyarankan sebaiknya lebih cepat lebih baik.

Setelah keluar dari ruang dokter, gue mendiskusikan hal ini sama mamah. Masih mikir-mikir gue mau di operasi atau engga. Sampai akhirnya gue memberanikan diri untuk bilang IYA, gue siap di operasi. Gue memilih One day surgery. Karena menurut dokter operasinya tidak memakan waktu yang lama. Hanya sekitar satu jam dan nunggu pulih sekitar 1 jam. Jadi totalnya 2 jam.
Gue mengisi formulir persetujuan operasi dengan One day surgery, setalah deal di tanggal 20 Oktober 2015, perawatnya baru memberi tahu jika operasi dilakukan jam 4 sore. Dan gue harus dateng ke RS sekitar jam 1 siang. Hemmm gue kira gue bakalan di operasi pagi, jadi siang gue bisa langsung pulang.

Tanggal 16 Oktober 2015

Gue izin buat ga masuk kerja, karena gue harus ke rs untuk cek lab dan konsultasi ke dokter anastesi. Gue sampe rumah sakit jam 8 untuk di ambil darah, dan kondisi perut belum keisi apapun. Gue kira mah di ambil darah nya dikit. Ternyata sampe 3 botol kecil kurang lebih ukuran 3-4ml. Keluar dari lab gue langsung ngajak mamah untuk ke kantin, karena gue dah tau nih gue bakalan tumbang kalo ga diisi makanan. Sampai di kantin gue minum air putih dan segigit donat, tiba-tiba gue keringet dingin pandangan mulai kabur dan gue sepertinya pingsan dalam keadaan duduk. Kata mamah sih gue sekitar 15 menit tertidur. Hahaha lumayan lama juga yak.

Sekitar jam 10.30 hasil lab keluar, dan hasilnya normal. Kemudian gue menuju ruang dokter anastesi, di dalam ruang anastesi dokter menjelaskan gue akan di bius total saat operasi, dan nanti akan ada selang yang masuk ke tenggorakan untuk membantu gue tetap tertidur saat di operasi. Keluar dari ruang anastesi gue langsung browsing ukuran selang yang masuk ketenggorokan, langsung mikir macem-macem. Dan pada akhirnya gue hanya bisa pasrah aja ketika sudah di OK.

20 Oktober 2015

D-day. Hari ini gue operasi. dan gue harus puasa ga boleh makan minum sampe selesai operasi. Gue ditemani mamah sampe di rumah sakit jam 1.15 registrasi ulang untuk operasi sore ini. Gue memutuskan untuk menginap saja semalam, karena bapak yang ternyata tingkat ke Worry-an nya lebih tinggi dari gue meminta untuk menginap saja. Siap laksanakan!!!
Jam 3 sore gue sudah dipersilahkan untuk masuk ke ruangan operasi, disana gue disuruh ganti baju operasi dan dipasangkan infus. FYI suster yang masangin infus gue sepertinya kurang terlatih, karena dia harus 3 kali masukin jarum ke tangan kiri gue, alasanya pembuluh gue tipis dan jarumnya ternyata kebesaran. Sakit suster! rasanya gue mau marah aja tapi dah gada tenaga karena rasa nyeri dari jarum suntik. Mamah yang ngeliatin gue di pasang infus malah tumbang. Jadilah dia ikutan tiduran di ruang tunggu operasi.
Menunggu giliran masuk OK, banyak-banyakin dzikir, berdoa minta dibangunkan lagi sehabis operasi.

Sekitar jam 4.10 gue dibawa ke OK, di ruangan itu ada 2 perawat perempuan, 1 perawat laki-laki, 1 dr.anastes dan dr. Asri yang siap mengoperasi. Waduuuh ada lakinya? Aduh gimana ini? Ah bodo amat lah, Bismillah ajah. Suster sudah mulai memasangkan alat-alat ke tubuh gue. Sebelum dimulai dr.Asri akan memberi tanda x pada benjolan, ternyata eh ternyata dr. Asri mendapat bonus, di bagian bawah payudara ternyata ada benjolan yang sama dan ukurannya jauh lebih besar dari benjolan satunya. Oke jadilah 2 benjolan itu diangkat. Dokter anastesi sempat mengajak ngobrol sebentar dan memberitahu kalau akan menyuntikan obat anastesinya dalam hitungan detik gue udah ga sadarkan diri

Keluar dari OK sekitar jam 5 lewat. Terdengar suara dokter memanggil-manggil nama gue. Seketika sadar dan merasakan seperti ada yang di tarik keluar dari mulut (sepertinya selang anastesi). Pertama kali sadar, rasanya kaya orang lagi terbang melayang, agak sedikit budeg, entahlah mungkin efek dari biusnya. Bapak dan uwa udah ada disamping gue sambil berdzikir, berharap gue baik-baik aja. Dan dokter memperlihatkan dua benjolan yang ada di dalam gelas. Kurang lebih diameternya sekitar 5cm dan 7cm hemm gede juga yah. Benjolan itu di bawa ke lab patologi untuk di cek, apakah positif FAM atau negatif FAM Gue ga boleh minum dulu sampe kurang lebih 30 menit dari gue sadar. Setelah itu gue dipersilahkan makan, dan ga kebayang perut gue kerucuk-kerucuk kelaperan, mungkin saat di operasai juga bunyi kali yaa. Hehehe. Belum puas gue makan, gue di bawa ke ruang rawat inap. Di ruang rawat inap gue baru merasakan betapa ngilunya bekas operasi ini. Hiks. Besok siang gue sudah di perbolehkan pulang, jika memang tidak ada keluhan sama sekali.

FYI total biaya yang dikeluarkan operasi dan rawat inap di Rs Hermina Depok sekitar 8jt.

23 Oktober 2015
Gue kontrol untuk pertama kalinya pasca operasi, hanya ganti perban dan di sarankan untuk mengurangi makanan yang mengandung kedelai, junk food, fast food, frozen food atau apalah itu. Dan harus di tambah olahraga, hidup seimbang makan-makanan yang fresh, mengurangi makan ayam negeri, mengurangi ikan asin. OMG itu makanan enak-enak semua harus di kurangin L

30 Oktober 2015
Mengambil hasil patologi, dan kembali di konsulkan ke dokter. Alhamdulillah positif FAM, tapi jangan senang dulu. Karena FAM bisa timbul lagi di tempat yang sama bahkan bisa timbul bibit Kanker jika tidak dijaga pola hidupnya.

Yang gue sayangkan dari dr.Asri adalah tidak adanya pemeriksaan USG sebelum operasi, sehingga ketika saatnya operasi malah menemukan benjolan yang lain. Untungnya tidak merugikan gue.
Semoga pengalaman ini bisa menjadi pembelajaran buat gue sendiri untuk lebih aware sama diri sendiri dan perubahan kecil yang ada pada tubuh kita.
Wassalam.