Selamat malam. di penghujung Bulan Mei ini banyak pelajaran hidup yang bisa gue ambil. Gue kangen sama tokoh Daru, Gadis, Rini dan Vivi, semua gara-gara blog si Indah soal si Rini
Senja
itu mereka duduk ber-4, sudah lama mereka tidak melakukan ritual kumpul bersama
seperti ini, karena terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Sepertinya sudah
banyak cerita yang tidak mereka bagi satu sama lain. Daru yang sedang sibuk
dengan bisnis sepatunya, Gadis yang sibuk dengan bisnis aksesorisnya, Vivi juga
sibuk dengan bisnis aksesoris dan skripsinya, dan Rini yang sibuk dengan hobi
barunya sebagai tukang foto keliling.
“Gilaaaaaa,
gue kangen banget sama kalian.” Teriak Rini sambil memeluk satu-satu
sahabatnya.
“Riniiiiii, lo
bau banget!” teriak Vivi sambil melepas pelukannya Rini
“Iiiiiiih
gilee lo, tau aja gue belom mandi. Hahaha” Rini tertawa dengan puas.
“Rambut lo
juga bauuuu banget iyeuuh!” Ucap Gadis
“Iiiiiiih
Gadis, mendadak jadi ABG labil gitu bahasanya” Rini memandang sedikit ilfil
“Riniiiiiiiiii,
lo dekil banget banget!” Ucap Daru
“Hei, kalian
kenapa mengomentari penampilan gue sih? Ya maklumlah gue kan kuli lapangan, ga
kaya kalian kerjanya adem ayem di ruangan.” Ucap Rini lirih.
“Duh ileeeh,
gak usah lemes gitu kali Rin. Nih gue udah buatin cemilan buat kita makan
bareng-bareng.” Kata Vivi sambil mengeluarkan tempat makan yang berisi telur
gulung kesukaan Rini.
“Perhatian
banget deh si Vivi kalo cowo gue pacarin lu” Ucap Rini
Mereka bercerita banyak hal
mengenai bisnis mereka masing-masing. Daru bercerita bagaimana capeknya dia
harus bolak-balik Bandung untuk produksi sepatunya, karena memang vendornya
berada di Bandung. Selain itu menjadi kesempatan Daru untuk bertemu sang
kekasih yang tak pernah mengunjunginya di Jakarta. Disela-sela ceritanya Daru
sedikit enggan menceritakan masalah hatinya, karena gak mau merusak pertemuan
yang sudah jarang ini. Vivi yang lagi giat-giatnya ke perpustakaan buat
menyelesaikan skripsinya membuat yang lain merasa iri, karena skripsi mereka
tidak tersentuh sedikitpun. Gadis juga yang iseng-iseng belajar bisnis
aksesoris sebenernya ga sibuk-sibuk banget, hanya saja dia sedang sibuk mencoba
lagi berhubungan dengan tuan beransel. Oh Tuhan, Gadis memang gak pernah kapok!
Dan dari semua yang terlihat tidak terurus secara penampilan itu si Rini,
semenjak tergila-gila dengan fotografi dia suka keluar mencari objek untuk di
foto. Rini paling gak suka dengan objek manusia, dia lebih suka motret alam,
lingkungan sekitarnya yang sekiranya unik, dan makanan buat bahan tulisan
kulinerannya dia di blog.
“Apaaa? Lo berhubungan
lagi sama tuan beransel?” Kata Vivi setengah kaget. Gadis hanya mampu
mengangguk. Takut reaksi teman-temannya yang lain diluar dugaannya. Daru yang
tetep cool, yang kadang emang dia suka ga fokus sama apa yang sedang di omongin
tiba-tiba dia bilang “Gue sih ga masalah ya lo mau berhubungan dengan tuan
beransel lo itu. Tapi inget ya tuan beransel lo itu pernah bikin lo patah hati”.
Rini yang kali ini hanya memilih diam karena mulutnya sedang penuh dengan
makanan.
“Lo ga mau
komen apa-apa?” Tanya Vivi pada Rini
“Haruskah gue
berkomentar? Itu pilihan hidup Gadis loh, dia siap berkomunikasi lagi dengan
tuan beransel dan berarti dia juga siap mendapat perlakuan yang sama seperti
dulu.” Jawab Rini dengan santai.
“Iya gue akan
menerima resiko dengan apa yang gue perbuat sekarang. So apa kabar jomblo teken
kita yang satu ini? “ Tanya Gadis
“I’m Ok, thank
you” Balasnya dengan senyum
“No, you’re
not Okay Rin.” Vivi langsung menangkap kemuraman dalam wajah Rini.
“Iiiiiih gile
yee si Vivi tau aja gue lagi gak Oke, setuju gak kalo si Vivi cowo gue pacarain
aja. Soalnya dia selain perhatian kaya nya dia juga ngertiin gue deh.” Tanpa
sadar tangan Vivi mendarat di kepalanya.
“Kalo ngomong
jangan sembarangan mba, gue normal. Dan lo juga masih normal kan?” Tanya Vivi
“Daruuuuu, gue
di pukul Vivi nih.” Daru selalu jadi orang yang ngebelain Rini setiap berantem
dengan Vivi. “Gue baik-baik aja kok, dan masih normal, masih doyan cowok, dan
masih Rini yang sama”
“Masih dengan
hati yang sama untuk orang yang sama?” Tanya Daru
“Woooo, Daru
kepo. Udah lah, kita kumpul bukan mau bicarain love story kan? Cukup si Gadis
aja yang selalu ngebahas tuan ranselnya gue mah diem-diem ntar gue kenalin deh
sama pacar gue” Kata Rini
“Seriusan udah
punya pacar? Kok ga dikenalin ke kita sih. Ih awas lo ya Rin.” Ancem Gadis.
“Mau tau
banget deh, nanti juga klo puny ague kenalin. Sekarang gak gue kenalin karena
emang gak punya” jelas Rini
“Tapi masih
dengan hati yang sama dan untuk orang yang sama atau engga?” Tanya Daru sekali
lagi.
“Masih” Jawab
Rini singkat dengan nyengir selebar-lebarnya.
Rini seperti sedang menutupi apa
yang sedang ia rasakan, dan Vivi tau semua tentang hati Rini sekarang. Rini
merasa Vivi lah orang yang paling bisa menetralkan hati dan pikirannya. Rini
belajar banyak dari Vivi belajar mengenai hati dan logika, belajar bagaimana
porsi hati di gunakan untuk orang-orang yang memang pantas untuk diberikan hati
dan belajar bagaimana logika di gunakan untuk orang-orang yang hanya
bermain-main dengan logika. Rini tidak mau ambil pusing dengan hubungannya yang
sekarang sudah jelas bagaimana maksudnya. Yang Rini tahu hatinya masih tetap
sama, namun sebagaimana mungkin Rini mencoba menaruhnya paling bawah dari skala
prioritas yang sedang dia jalani. Rini senang dengan hidupnya yang sekarang,
memiliki teman baru, pengalaman baru, sahabat-sahabatnya yang selalu ada untuk
mendengar ceritanya, keluarga yang selalu mendukung setiap keputusan Rini.
Vivi, Gadis dan Daru selalu ada
buat Rini. Rini selalu merasa nyaman ketika mereka sedang bersama-sama. Kadang rasanya
sepi ketika semua sahabat Rini sedang sibuk dengan urusan mereka, Rini tak
berhak untuk menyuruh ketiga sahabatnya selalu ada untuk dia. Dari sinilah Rini
mencari kesibukan juga dan mendapatkan teman baru. Dengan hobinya Rini bertemu
dengan Aldi di sebuah komunitas pecinta fotografi di kampus. Aldi yang juga
masih mahasiswa tingkat akhir dengan memiliki penampilan rapih, cakep, tinggi,
tapi, sok asik, sok lucu, buncit namun memiliki sifat yang careless menurut
pandangan Rini. Sangat tidak wajar kalo Aldi ini jomblo yang diputusin pacarnya
gara-gara pacarnya selingkuh sama juniornya. Karena Aldi lebih peduli dengan
teman-teman dan hobinya dari pada dengan pacar sendiri. Sikap Aldi yang kadang
aneh seperti Gadis itulah yang membuat Rini mau berteman dengannya. Rini lebih
memilih meceritakan tentang Aldi ini kepada sahabatnya dibandingkan sesorang
disana. Karena selama ini kalau mereka tidak bisa bertemu Aldi adalah orang
yang selalu dengerin curhatan sampah Rini dan Aldi selalu berusaha menghibur
Rini meskipun itu adalah hal tergaring, lebih garing dari kerupuk. Sekarang
Aldi sudah sibuk dengan cewe yang sedang dia dekati, itupun atas dorongan Rini
yang menyuruh Aldi segera punya pacar.
Rini tidak pernah masalah dengan
orang-orang yang datang dan pergi dari kehidupannya. “Itu hak mereka masih mau
tetap disini berteman dengan gue atau enggak. Hidup itukan pilihan. Kalo emang
gue gak membawa hal yang baik ya lebih baik tinggalin aja.” Kata-kata itu
selalu keluar dari mulut RIni ketika siapapun menanyakan “lo gapapa kan Rin
kalo si A pergi atau si B pergi”
Daru yang dari tadi sibuk dengan
hapenya tiba-tiba terdiam dan seperti membersikan sesuatu di sekitar mata. “Kenapa
lo? Tadi anteng aja main instagram” Tanya Rini. “I’m okay!” jawab Daru. Dan itu
tandanya Daru ga mau cerita. Vivi, Gadis dan Rini tidak pernah berani
memaksakan Daru untuk cerita masalah pribadinya. Daru adalah orang yang lebih
senang menyimpan itu semua sampai semua dugaan dia jelas baru dia bisa
menceritakan kesahabatnya. Vivi yang semakin hari semakin bijak menenangkan
Daru dengan kata-kata bijaknya. Rini dan Gadis seperti biasa hanya diam
menunggu reaksi Daru.
“Eh gue punya
cerita nih, jadi ceritanya waktu gue hunting foto ke Ancol pas malem minggu
banyak banget kan tuh ya yang pacaran di
jembatan. Lo tau ga gue liat apa? Gue liat cewe sama cewe ciuman dong. Dan dengan
seketika gue langsung ke inget si Vivi” Ucap Rini Nakal yang langsung di sambut
dengan botol minum yang melayang kena kepalanya, yang gak lain ga bukan itu
ulah Vivi.
“Maksud lu?
Gue masih normal Rin. Ih gila lu yak kelamaan jomblo. Udah ga normal.” Kata
Vivi kesal
“Yeee, kalo
inget lo emang artinya lo lesbi? Gue juga tau lo doyan laki. Buktinya masih
betah ama Gege. Gue inget lo karena kita juga pernah nge-gapin cewe sama cewe
lagi ciuman di taman kota. Inget ga lo?” jawab Rini
“Hahaha, eh
iya bener-bener.” Vivi langsung tertawa
“Iyeeuuuh,
trus kalian ngeliat itu biasa aja? Ada rasa deg-deg serr gitu ga?” Tanya Gadis.
“Gadis plis
deh Dis, gak usah mulai dengan pertanyaan absurd lagi” Akhirnya suara Daru
terdengar lagi.
“Horeeeee Daru
udah bisa ngomong sekarang” Celetuk Rini dan lagi-lagi ada tangan yang mendarat
di kepalanya. Kali ini tangan Daru sendiri.
Rini sepertinya selalu hobi jadi
sasaran sahabat-sahabatnya karena omongannya yang terlalu cuek. Pernah suatu
hari Gadis marah dengan Rini karena bercandanya Rini terlalu berlebihan. Rini
dan Gadis saling diam meskipun sedang berada di satu ruangan yang sama,
kegiatan yang sama. Sekitar 2 hari mereka saling diam sampai akhirnya Vivi yang
menengahi mereka. Pernah juga Rini bertengkar dengan Daru dan bersikap dingin
karena ada sesuatu yang tak bisa dikatakan secara terbuka. Rini juga pernah
membuat Vivi dan Gadis kesal karena tugas kuliah yang Rini tidak selesaikan
dengan baik. Dan yang terakhir adalah Daru dan Gadis salah paham karena mereka
membutuhkan quality time for self.
Wajar saja kalau dalam
pertemanan memang selalu ada perbedaan, perselisihan. Perselisihan dan
perbedaan ini yang membuat Daru, Gadis, Rini dan Vivi tetap bersama untuk
saling mengingatkan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika saja tidak ada
orang sesabar Vivi yang meladeni keras kepalanya Rini, lemotnya Gadis dan
pikunnya Daru entah jadi apa orang-orang ini. Jika saja tidak ada orang se
pintar Daru mungkin tugas tugas kuliah Rini dan Gadis tidak ada yang selamat. Kalo
saja tidak ada Gadis yang lemot mungkin tidak ada yang membuat hal-hal terasa
lebih lucu yang bisa ditertawakan oleh Rini, Vivi san Daru. Kalo saja tidak ada Rini, mungkin gada yang bisa mengingatkan soal
ketepatan waktu buat Daru, gada temen berantem Gadis dan gada temen sekamar Vivi. Mereka ber-4 selalu berharap
persahabatan mereka gak hanya saat sekarang. Tapi sampai mereka lulus, kerja,
menikah dan punya anak.