Kamis, 31 Mei 2012

Mereka saling melengkapi


Selamat malam. di penghujung Bulan Mei ini banyak pelajaran hidup yang bisa gue ambil. Gue kangen sama tokoh Daru, Gadis, Rini dan Vivi, semua gara-gara blog si Indah soal si Rini

                Senja itu mereka duduk ber-4, sudah lama mereka tidak melakukan ritual kumpul bersama seperti ini, karena terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Sepertinya sudah banyak cerita yang tidak mereka bagi satu sama lain. Daru yang sedang sibuk dengan bisnis sepatunya, Gadis yang sibuk dengan bisnis aksesorisnya, Vivi juga sibuk dengan bisnis aksesoris dan skripsinya, dan Rini yang sibuk dengan hobi barunya sebagai tukang foto keliling.
“Gilaaaaaa, gue kangen banget sama kalian.” Teriak Rini sambil memeluk satu-satu sahabatnya.
“Riniiiiii, lo bau banget!” teriak Vivi sambil melepas pelukannya Rini
“Iiiiiiih gilee lo, tau aja gue belom mandi. Hahaha” Rini tertawa dengan puas.
“Rambut lo juga bauuuu banget iyeuuh!” Ucap Gadis
“Iiiiiiih Gadis, mendadak jadi ABG labil gitu bahasanya” Rini memandang sedikit ilfil
“Riniiiiiiiiii, lo dekil banget banget!” Ucap Daru
“Hei, kalian kenapa mengomentari penampilan gue sih? Ya maklumlah gue kan kuli lapangan, ga kaya kalian kerjanya adem ayem di ruangan.” Ucap Rini lirih.
“Duh ileeeh, gak usah lemes gitu kali Rin. Nih gue udah buatin cemilan buat kita makan bareng-bareng.” Kata Vivi sambil mengeluarkan tempat makan yang berisi telur gulung kesukaan Rini.
“Perhatian banget deh si Vivi kalo cowo gue pacarin lu” Ucap Rini
                Mereka bercerita banyak hal mengenai bisnis mereka masing-masing. Daru bercerita bagaimana capeknya dia harus bolak-balik Bandung untuk produksi sepatunya, karena memang vendornya berada di Bandung. Selain itu menjadi kesempatan Daru untuk bertemu sang kekasih yang tak pernah mengunjunginya di Jakarta. Disela-sela ceritanya Daru sedikit enggan menceritakan masalah hatinya, karena gak mau merusak pertemuan yang sudah jarang ini. Vivi yang lagi giat-giatnya ke perpustakaan buat menyelesaikan skripsinya membuat yang lain merasa iri, karena skripsi mereka tidak tersentuh sedikitpun. Gadis juga yang iseng-iseng belajar bisnis aksesoris sebenernya ga sibuk-sibuk banget, hanya saja dia sedang sibuk mencoba lagi berhubungan dengan tuan beransel. Oh Tuhan, Gadis memang gak pernah kapok! Dan dari semua yang terlihat tidak terurus secara penampilan itu si Rini, semenjak tergila-gila dengan fotografi dia suka keluar mencari objek untuk di foto. Rini paling gak suka dengan objek manusia, dia lebih suka motret alam, lingkungan sekitarnya yang sekiranya unik, dan makanan buat bahan tulisan kulinerannya dia di blog.
“Apaaa? Lo berhubungan lagi sama tuan beransel?” Kata Vivi setengah kaget. Gadis hanya mampu mengangguk. Takut reaksi teman-temannya yang lain diluar dugaannya. Daru yang tetep cool, yang kadang emang dia suka ga fokus sama apa yang sedang di omongin tiba-tiba dia bilang “Gue sih ga masalah ya lo mau berhubungan dengan tuan beransel lo itu. Tapi inget ya tuan beransel lo itu pernah bikin lo patah hati”. Rini yang kali ini hanya memilih diam karena mulutnya sedang penuh dengan makanan.
“Lo ga mau komen apa-apa?” Tanya Vivi pada Rini
“Haruskah gue berkomentar? Itu pilihan hidup Gadis loh, dia siap berkomunikasi lagi dengan tuan beransel dan berarti dia juga siap mendapat perlakuan yang sama seperti dulu.” Jawab Rini dengan santai.
“Iya gue akan menerima resiko dengan apa yang gue perbuat sekarang. So apa kabar jomblo teken kita yang satu ini? “ Tanya Gadis
“I’m Ok, thank you” Balasnya dengan senyum
“No, you’re not Okay Rin.” Vivi langsung menangkap kemuraman dalam wajah Rini.
“Iiiiiih gile yee si Vivi tau aja gue lagi gak Oke, setuju gak kalo si Vivi cowo gue pacarain aja. Soalnya dia selain perhatian kaya nya dia juga ngertiin gue deh.” Tanpa sadar tangan Vivi mendarat di kepalanya.
“Kalo ngomong jangan sembarangan mba, gue normal. Dan lo juga masih normal kan?” Tanya Vivi
“Daruuuuu, gue di pukul Vivi nih.” Daru selalu jadi orang yang ngebelain Rini setiap berantem dengan Vivi. “Gue baik-baik aja kok, dan masih normal, masih doyan cowok, dan masih Rini yang sama”
“Masih dengan hati yang sama untuk orang yang sama?” Tanya Daru
“Woooo, Daru kepo. Udah lah, kita kumpul bukan mau bicarain love story kan? Cukup si Gadis aja yang selalu ngebahas tuan ranselnya gue mah diem-diem ntar gue kenalin deh sama pacar gue” Kata Rini
“Seriusan udah punya pacar? Kok ga dikenalin ke kita sih. Ih awas lo ya Rin.” Ancem Gadis.
“Mau tau banget deh, nanti juga klo puny ague kenalin. Sekarang gak gue kenalin karena emang gak punya” jelas Rini
“Tapi masih dengan hati yang sama dan untuk orang yang sama atau engga?” Tanya Daru sekali lagi.
“Masih” Jawab Rini singkat dengan nyengir selebar-lebarnya.
                Rini seperti sedang menutupi apa yang sedang ia rasakan, dan Vivi tau semua tentang hati Rini sekarang. Rini merasa Vivi lah orang yang paling bisa menetralkan hati dan pikirannya. Rini belajar banyak dari Vivi belajar mengenai hati dan logika, belajar bagaimana porsi hati di gunakan untuk orang-orang yang memang pantas untuk diberikan hati dan belajar bagaimana logika di gunakan untuk orang-orang yang hanya bermain-main dengan logika. Rini tidak mau ambil pusing dengan hubungannya yang sekarang sudah jelas bagaimana maksudnya. Yang Rini tahu hatinya masih tetap sama, namun sebagaimana mungkin Rini mencoba menaruhnya paling bawah dari skala prioritas yang sedang dia jalani. Rini senang dengan hidupnya yang sekarang, memiliki teman baru, pengalaman baru, sahabat-sahabatnya yang selalu ada untuk mendengar ceritanya, keluarga yang selalu mendukung setiap keputusan Rini.
                Vivi, Gadis dan Daru selalu ada buat Rini. Rini selalu merasa nyaman ketika mereka sedang bersama-sama. Kadang rasanya sepi ketika semua sahabat Rini sedang sibuk dengan urusan mereka, Rini tak berhak untuk menyuruh ketiga sahabatnya selalu ada untuk dia. Dari sinilah Rini mencari kesibukan juga dan mendapatkan teman baru. Dengan hobinya Rini bertemu dengan Aldi di sebuah komunitas pecinta fotografi di kampus. Aldi yang juga masih mahasiswa tingkat akhir dengan memiliki penampilan rapih, cakep, tinggi, tapi, sok asik, sok lucu, buncit namun memiliki sifat yang careless menurut pandangan Rini. Sangat tidak wajar kalo Aldi ini jomblo yang diputusin pacarnya gara-gara pacarnya selingkuh sama juniornya. Karena Aldi lebih peduli dengan teman-teman dan hobinya dari pada dengan pacar sendiri. Sikap Aldi yang kadang aneh seperti Gadis itulah yang membuat Rini mau berteman dengannya. Rini lebih memilih meceritakan tentang Aldi ini kepada sahabatnya dibandingkan sesorang disana. Karena selama ini kalau mereka tidak bisa bertemu Aldi adalah orang yang selalu dengerin curhatan sampah Rini dan Aldi selalu berusaha menghibur Rini meskipun itu adalah hal tergaring, lebih garing dari kerupuk. Sekarang Aldi sudah sibuk dengan cewe yang sedang dia dekati, itupun atas dorongan Rini yang menyuruh Aldi segera punya pacar.
                Rini tidak pernah masalah dengan orang-orang yang datang dan pergi dari kehidupannya. “Itu hak mereka masih mau tetap disini berteman dengan gue atau enggak. Hidup itukan pilihan. Kalo emang gue gak membawa hal yang baik ya lebih baik tinggalin aja.” Kata-kata itu selalu keluar dari mulut RIni ketika siapapun menanyakan “lo gapapa kan Rin kalo si A pergi atau si B pergi”
                Daru yang dari tadi sibuk dengan hapenya tiba-tiba terdiam dan seperti membersikan sesuatu di sekitar mata. “Kenapa lo? Tadi anteng aja main instagram” Tanya Rini. “I’m okay!” jawab Daru. Dan itu tandanya Daru ga mau cerita. Vivi, Gadis dan Rini tidak pernah berani memaksakan Daru untuk cerita masalah pribadinya. Daru adalah orang yang lebih senang menyimpan itu semua sampai semua dugaan dia jelas baru dia bisa menceritakan kesahabatnya. Vivi yang semakin hari semakin bijak menenangkan Daru dengan kata-kata bijaknya. Rini dan Gadis seperti biasa hanya diam menunggu reaksi Daru.
“Eh gue punya cerita nih, jadi ceritanya waktu gue hunting foto ke Ancol pas malem minggu banyak banget kan tuh ya yang pacaran  di jembatan. Lo tau ga gue liat apa? Gue liat cewe sama cewe ciuman dong. Dan dengan seketika gue langsung ke inget si Vivi” Ucap Rini Nakal yang langsung di sambut dengan botol minum yang melayang kena kepalanya, yang gak lain ga bukan itu ulah Vivi.
“Maksud lu? Gue masih normal Rin. Ih gila lu yak kelamaan jomblo. Udah ga normal.” Kata Vivi kesal
“Yeee, kalo inget lo emang artinya lo lesbi? Gue juga tau lo doyan laki. Buktinya masih betah ama Gege. Gue inget lo karena kita juga pernah nge-gapin cewe sama cewe lagi ciuman di taman kota. Inget ga lo?” jawab Rini
“Hahaha, eh iya bener-bener.” Vivi langsung  tertawa
“Iyeeuuuh, trus kalian ngeliat itu biasa aja? Ada rasa deg-deg serr gitu ga?” Tanya Gadis.
“Gadis plis deh Dis, gak usah mulai dengan pertanyaan absurd lagi” Akhirnya suara Daru terdengar lagi.
“Horeeeee Daru udah bisa ngomong sekarang” Celetuk Rini dan lagi-lagi ada tangan yang mendarat di kepalanya. Kali ini tangan Daru sendiri.
                Rini sepertinya selalu hobi jadi sasaran sahabat-sahabatnya karena omongannya yang terlalu cuek. Pernah suatu hari Gadis marah dengan Rini karena bercandanya Rini terlalu berlebihan. Rini dan Gadis saling diam meskipun sedang berada di satu ruangan yang sama, kegiatan yang sama. Sekitar 2 hari mereka saling diam sampai akhirnya Vivi yang menengahi mereka. Pernah juga Rini bertengkar dengan Daru dan bersikap dingin karena ada sesuatu yang tak bisa dikatakan secara terbuka. Rini juga pernah membuat Vivi dan Gadis kesal karena tugas kuliah yang Rini tidak selesaikan dengan baik. Dan yang terakhir adalah Daru dan Gadis salah paham karena mereka membutuhkan quality time for self.
                Wajar saja kalau dalam pertemanan memang selalu ada perbedaan, perselisihan. Perselisihan dan perbedaan ini yang membuat Daru, Gadis, Rini dan Vivi tetap bersama untuk saling mengingatkan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika saja tidak ada orang sesabar Vivi yang meladeni keras kepalanya Rini, lemotnya Gadis dan pikunnya Daru entah jadi apa orang-orang ini. Jika saja tidak ada orang se pintar Daru mungkin tugas tugas kuliah Rini dan Gadis tidak ada yang selamat. Kalo saja tidak ada Gadis yang lemot mungkin tidak ada yang membuat hal-hal terasa lebih lucu yang bisa ditertawakan oleh Rini, Vivi san Daru. Kalo saja tidak ada Rini, mungkin gada yang bisa mengingatkan soal ketepatan waktu buat Daru, gada temen berantem Gadis dan gada temen sekamar Vivi. Mereka ber-4 selalu berharap persahabatan mereka gak hanya saat sekarang. Tapi sampai mereka lulus, kerja, menikah dan punya anak.

  
Semoga gue bisa punya sahabat kaya Gadis, Rini, Daru dan Vivi. :)





1 komentar:

  1. wow si gadis ternyata keren banget yaaa....
    aku mau jadi salah satu diantara mereka dan punyaq persahabatan kayak mereka...
    :*

    BalasHapus