Gue hanya menuangkan apa yang ada dalam pikiran gue,
menjadi orang yang gak bakat dan gak jago-jago
amat menulis apalagi menulis skripsi. Opps!
Kenalkan namanya Gadis, Gadis ini memiliki hobi yang aneh
menangis di pojokan sudut kamar dan melihat rembulan dalam celah atap kamarnya.
Aneh bukan? Menurut gue itu aneh. Ya suka-suka yah, namanya juga cerita
saya yang buat. Gadis adalah seorang petualang cinta yang sekarang akhirnya dia
memilih untuk single sementara. Menjalani kehidupan bareng teman-temannya yang
katanya 'single taken' dan sudah ada yg taken. Sebut saja si 'single taken' Rini,
dan 2 yang Taken Vivi dan Daru.
Pagi itu
Gadis sudah berkicau di timeline twitter mengeluarkan bahasa-bahasa puitis.
Entah dengan siapa si Gadis sedang menaruh hati. Si 'single taken' me Reply
twit si Gadis.
"Dis, masih pagi udah ngasih puisi
buat siapa sih?"
Gadis pun me Reply "Untuk Sang Mentari yang akan menemaniku menjalani aktifitas hari ini".
Gadis pun me Reply "Untuk Sang Mentari yang akan menemaniku menjalani aktifitas hari ini".
Si 'single taken' menggurutu dan me
Reply "Terserah elu deh Dis"
Pagi itu
Gadis, 'single taken', dan 2 orang sahabatnya yang sudah taken bertemu di
pendopo kampus yang adem. Si Gadis membuatkan nasi goreng buat
sahabat-sahabatnya. Dan Gadis mulai membuka pembicaraan.
"Sebelum kalian makan nasi goreng buatan gue, dengerin gue baik-baik." Kata Gadis.
Ketiga
sahabatnya sudah fokus ingin mendengarkan Gadis.
"Sebelum
kalian makan mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
Berdoa mulai"
Ketiga
Sahabat Gadis langsung lemes mendadak, dikirain ada hal penting apa yg di
sampaikan. Memang berdoa penting, tapi dikirain ada yg lebih penting dari itu.
Mereka menyantap nasi goreng dengan lahap sampai si Rini bertanya pada Daru.
"Daru, gimana rasanya LDR?"
"Ya gitu deh, gue kan udah
biasa LDR"
"Kalo Vivi gimana sama
pacarnya?" Si Gadis membuka suara.
"Baik kok, malah kaya orang ga
pacaran. Lo semua tau kan, Gege sibuknya kaya apa" Jawab Vivi agak ketus.
Segerombolan
anak Mapala lewat d depan mereka. Si Gadis hanya tertunduk dan diam seketika.
Rini, Vivi dan Daru merasa aneh dengan sikap Gadis.
"Kenapa
lo? Sakit?" Tanya Daru
"Gue
sehat kok" sambil senyum-senyum dan pipi merah.
Kejadian ini
sering terjadi kalau mereka berempat lewat gedung fakultas sastra, gedung
mapala bahkan ketika anak-anak mapala lewat depan mereka. Rini yang mempunyai
kebiasaan sok detektif mulai mencium gelagat yang aneh dari Gadis.
"Lo lagi naksir cowo?"
Tanya Rini pada Gadis
"Heem kok lo tau?"
"Cowonya anak kampus?"
"Kok lo tau?"
"Cowo yang lo taksir anak
Mapala?"
"Kok lo tau?" Mulai panik
"Dia suka pake tas ransel item
setiap ke kampus"
"Iiiiiih kok lo tau?"
Semakin panik
"Yaelah Gadis, berapa lama lo
temenan ama gue? Masih mau nyimpen semuanya?"
Gadis hanya garuk-garuk kepala,
mungkin dia banyak kutu.
Setelah ke
gap oleh Rini kalau si Gadis sedang naksir cowo, Gadis makin eksis di social
media. Setiap pagi Gadis berkicau misalnya saja, 'Pagi ini mentari memberikan sinarnya yang terindah, seperti senyummu
yang mengindahi hari-hariku'. Ya namanya juga penyair, bahasanya kadang
bikin lucu sendiri sih. Selidik punya selidik si Gadis sudah temenan sama si
tuan beransel di facebook, ternyata si tuan beransel ini seorang pujangga dan
pendaki. Kebayang ga sih kalau seorang pendaki bisa menulis puisi yang
romantis? Oke lanjut. Gadis dan tuan beransel ini saling melempar puisi pada
status FB mereka, gak di sangka-sangka si tuan beransel ini message Gadis.
'Hai Gadis, salam kenal. Aku suka
melihatmu di sela-sela senjaku, dan kamu kadang mengganggu hari-hariku. Maaf,
aku tak bermaksud bilang kamu menganggu, tapi kamu memang benar-benar
menggangguku'
Gadis
bingung maksud nya mengganggu apa, Gadis merasa tak melakukan apapun terhadap
tuan beransel. Dia hanya bermain kata-kata melalui status FB nya. Semenjak itu
Gadis tidak pernah bermain kata, Gadis menghilang dari kehidupan tuan beransel.
Gadis melalui hari-hari dengan kebiasaannya berkicau dengan kata-kata yang
puitis. Sampai suatu hari Vivi mengajak Gadis dan teman-teman yang lain untuk
rafting. Awalnya Gadis ragu, ada apa gerangan si Vivi ngajak rafting, berhubung
teman-temannya pada ikut Gadis mau ga mau harus ikut.
Seminggu
kemudian mereka berkumpul di lokasi keberangkatan, Gadis yang tadinya ceria
ketawa-ketiwi haha hihi mendadak diam ketika melihat sosok tuan beransel.
Gadis mendekati Rini.
"Heh, lo kenapa ga bilang ada
si tuan beransel."
"Gue gak tau Dis, ini acara kan
yg ngajak si Vivi lo tanya aja ama dia. Tapi bukannya lo seneng ada doi?"
Gadis
kembali diam, mereka berangkat menuju lokasi rafting dengan minibus. Ternyata
eh ternyata si tuan beransel sengaja memilih duduk dekat Gadis. Ciye Gadis,
pasti deg-degan tuh.
"Hei, Gadis yang selalu
mengganggu ku. Kau tak pernah terlihat lagi di senjaku. Aku rindu" ucap
Tuan beransel
Gue rasa si gadis pasti lagi deg-degan di tambah senyum-senyum
sendiri dengar kata 'rindu'.
"Ngomong sama gue?" Mendadak si Tuan beransel
speechless, ternyata dapat reaksi yang tidak di harapkan.
"Duh, yaiyalah gue ngomong sama
lo, masa ama kaca." Sambil senyum maniissss banget.
Dan gue rasa lagi-lagi si Gadis
sebenernya mau jijingkrakan kesenengan.
"Ya kali, lo ga waras. Mihihihi"
"Jawab pertanyaan gue dong
Gadis"
"Yang mana?
"Yang lo kira gue ngomong ama
kaca"
"Oooooh, itu. Iya itu, anu. Gue
sibuk kuliah, jadi udah jarang duduk di sana, lagian malah ganggu lo latihan
kan ga enak"
"Oaaaalaaah, gue tau nih kenapa
lo ga bales message gue. Pasti lo kira, lo bener-bener ganggu gue yah?"
Gadis hanya menganggukan kepala
dengan muka melas.
"Emang ganggu sih" jawab Tuan beransel agak ketus
"Tuh kan" Makin melas
Percakapan
terhenti, Tuan beransel di panggil temannya. Gadis bermain dengan pikirannya.
Sebentar-bentar menoleh kearah Rini sambil menye-menye. Rini hanya melet-melet
membuat Gadis makin kesal. Singkat cerita si Tuan Beransel sehabis acara
rafting kemarin semakin akrab dengan Gadis, sering Sms-an dan telfonan. Bahkan
di dunia twitter dan FB mereka saling melempar puisi dan pujian-pujian. Teman-teman Gadis pun berfikiran mereka telah menjadi sepasang kekasih.
Habisnya mereka terlalu romantis kalau dibilang bukan sedang berpacaran.
'Terima
kasih selalu mewarnai pagiku dengen ucapan selamat pagi'
Twit Gadis
pagi itu sepertinya sangat riang. Namun ketika bertemu di kampus Gadis terlihat
murung.
"Gadis kenapa? Tumben murung
padahal twitmu pagi ini ceria sekali" tanya Daru
"Gimana yah? Si Tuan beransel
udah seminggu ini ilang gada kabar. Dia lagi sibuk mapala kali ya?"
"Heemm, bisa jadi. Tapi kamu
sms dia aja duluan."
"Gue ga mau ah, gengsi dong
masa cewe sih yang sms duluan"
"Ya sudah terserah kamu"
Tidak lama kemudian Vivi dan Rini
datang
"Tadi gue sama Rini papasan
sama Tuan beransel lo tuh Dis. Doi hepi banget tuh. Tapi kenapa muka lo
cemberut gitu? Berantem sama doi?"
"Jangan ganggu Gadis dulu deh yuk, dia mau sendiri" ajak
Daru.
Mereka meninggalkan Gadis sendiri. Gadis
masih sibuk dengan pikirannya, melihat henpon yang dia pegang.
'Rindu ku sudah memuncak, tapi ku
tak mampu menyampaikan ini padamu. Terlalu malu juga aku bilang rindu.'
'Hei tuan beransel, sekarang kamu
yang mengganggu hari-hariku, bukan sore saja, tapi pagi siang dan malam. Kamu
terlalu sibuk berlari-lari dipikiranku'
'Senja itu aku sengaja duduk
ditempat biasa untuk melihatmu, ternyata kamu tak ada disana'
'Sudahlah, aku lelah menahan rindu
ini. Akan aku sudahi semua perasaan ini. Kamu memang benar mengganggu'
Gadis
menjalani hari-hari dengan ke-galauan yang ada tanpa diketahui
sahabat-sahabatnya. Meskipun Gadis satu kampus dengan Tuan Beransel dia tidak
pernah bertemu dan papasan. Dalam hati kecil Gadis, dia sangat ingin bertemu
dengan tuan beransel hanya sekedar mengobati rindu. Harapan hanya harapan,
Gadis tetap tak bertemu si tuan beransel.
'Ketika sinar bintang memberi
isyarat kerinduan, aku tahu itu kamu. Aku disini sudah memiliki bintang lain.
Yang harus kujaga dan tak mungkin bintang ini aku lepas. Maaf'
Itu adalah
status FB Tuan Beransel, Gadis terhentak. Kembali sibuk dalam fikirannya 'Dia
sudah punya seseorang? Lalu apa maksudnya mendekati ku? Aaaah Brengsek! Mulai
detik ini gak ada lagi kata Tuan Beransel di otak gue'
'Hei Gadis yang selalu mengganggu
senja ku, kamu sudah terbang mengejar mimpimu. Semoga kamu bahagia.'
Gadis yang
diam-diam masih kepo sama semua kegiatan si Tuan Beransel penasaran. Tapi ya
sudah males untuk berharap lebih dengan sikapnya seperti itu. Sampai suatu hari
Gadis yang sedang duduk di tempat biasa kala senja melihat Tuan Beransel sedang
tertawa riang bersama seorang perempuan yang sedang duduk di sebrang Gadis.
Semakin muak Gadis melihat itu semua. Semakin tidak mengerti apa maksud semua sikap
yang diberikan padanya. Apa karena Gadis dan si Tuan beransel tidak memiliki
status yang jelas sehingga seenaknya mempermainkan Gadis. Atau malah tuan
beransel yang berfikir sedang di permainkan oleh Gadis. Sampai sekarang tanda
tanya itu mungkin ada dibenak Gadis dan Tuan Beransel. Sekarang mereka berdua
sudah hidup dengan kesibukan masing-masing. Tanpa jelas hubungan mereka
bagaimana.
Jadi hubungan Gadis dan Tuan Beransel
berakhir sebelum dimulai. Entah awalnya mereka yang terlalu nyaman dengan
hubungan yang seperti itu. Semacam HTS, mungkin menurut mereka dengan begitu
tidak akan pernah menyakiti perasaan satu sama lain. Atau mungkin mereka yang
terlalu takut untuk memulai suatu hubungan. Yah, kemungkinan itu bisa terjadi
dalam pikiran Gadis atau pun si Tuan beransel. Yang pasti tidak ada seorang pun
yang tidak menginginkan kepastian kecuali orang itu terbiasa bermain-main
dengan sesuatu yang dinamakan hati.
hei Gadis, kau tak perlu menjadi bintang untuk bercahaya, karena kaulah cahaya itu sendiri.
BalasHapushei Daru, LDR pasti lebih sulit, kepercayaan akan menjadi hal yang sangat penting.
hei Vivi, kesempatan kedua itu harus ada, gunakanlah sebaik-baiknya karena tak ada kesempatan ketiga.
hei Rin, maaf aku belum bisa berkata apa-apa, aku masih memegang janjiku untukmu, sampai waktunya tiba.
hei Esa, sampahmu begitu indah.
Hei tuan Anonim terima kasih :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSampai kapan kau akan merindu? itu tak akan cukup non. Rindu miliknya berikanlah padanya. Dengan merindu dia takkan pernah melihatmu ada. Tuan Beransel disana juga cukup naif untuk menggambarkan perasaannya.
Hapus