Rabu, 09 Mei 2012

Si Gadis penyair dan tuan beransel


Gue hanya menuangkan apa yang ada dalam pikiran gue, menjadi orang yang gak bakat dan gak jago-jago amat menulis apalagi menulis skripsi. Opps!

Kenalkan namanya Gadis, Gadis ini memiliki hobi yang aneh menangis di pojokan sudut kamar dan melihat rembulan dalam celah atap kamarnya. Aneh bukan? Menurut gue itu aneh.  Ya suka-suka yah, namanya juga cerita saya yang buat. Gadis adalah seorang petualang cinta yang sekarang akhirnya dia memilih untuk single sementara. Menjalani kehidupan bareng teman-temannya yang katanya 'single taken' dan sudah ada yg taken. Sebut saja si 'single taken' Rini, dan 2 yang Taken Vivi dan Daru.


Pagi itu Gadis sudah berkicau di timeline twitter mengeluarkan bahasa-bahasa puitis. Entah dengan siapa si Gadis sedang menaruh hati. Si 'single taken' me Reply twit si Gadis.
"Dis, masih pagi udah ngasih puisi buat siapa sih?"
Gadis pun me Reply "Untuk Sang Mentari yang akan menemaniku menjalani aktifitas hari ini".

Si 'single taken' menggurutu dan me Reply "Terserah elu deh Dis"


Pagi itu Gadis, 'single taken', dan 2 orang sahabatnya yang sudah taken bertemu di pendopo kampus yang adem. Si Gadis membuatkan nasi goreng buat sahabat-sahabatnya. Dan Gadis mulai membuka pembicaraan.



"Sebelum kalian makan nasi goreng buatan gue, dengerin gue baik-baik." Kata Gadis.


Ketiga sahabatnya sudah fokus ingin mendengarkan Gadis.


"Sebelum kalian makan mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa mulai"


Ketiga Sahabat Gadis langsung lemes mendadak, dikirain ada hal penting apa yg di sampaikan. Memang berdoa penting, tapi dikirain ada yg lebih penting dari itu. Mereka menyantap nasi goreng dengan lahap sampai si Rini bertanya pada Daru.


"Daru, gimana rasanya LDR?"


"Ya gitu deh, gue kan udah biasa LDR"


"Kalo Vivi gimana sama pacarnya?" Si Gadis membuka suara.


"Baik kok, malah kaya orang ga pacaran. Lo semua tau kan, Gege sibuknya kaya apa" Jawab Vivi agak ketus.


Segerombolan anak Mapala lewat d depan mereka. Si Gadis hanya tertunduk dan diam seketika. Rini, Vivi dan Daru merasa aneh dengan sikap Gadis.


"Kenapa lo? Sakit?" Tanya Daru


"Gue sehat kok" sambil senyum-senyum dan pipi merah.


Kejadian ini sering terjadi kalau mereka berempat lewat gedung fakultas sastra, gedung mapala bahkan ketika anak-anak mapala lewat depan mereka. Rini yang mempunyai kebiasaan sok detektif mulai mencium gelagat yang aneh dari Gadis.


"Lo lagi naksir cowo?" Tanya Rini pada Gadis
"Heem kok lo tau?"
"Cowonya anak kampus?"
"Kok lo tau?"
"Cowo yang lo taksir anak Mapala?"
"Kok lo tau?" Mulai panik
"Dia suka pake tas ransel item setiap ke kampus"
"Iiiiiih kok lo tau?" Semakin panik
"Yaelah Gadis, berapa lama lo temenan ama gue? Masih mau nyimpen semuanya?"


Gadis hanya garuk-garuk kepala, mungkin dia banyak kutu.


Setelah ke gap oleh Rini kalau si Gadis sedang naksir cowo, Gadis makin eksis di social media. Setiap pagi Gadis berkicau misalnya saja, 'Pagi ini mentari memberikan sinarnya yang terindah, seperti senyummu yang mengindahi hari-hariku'. Ya namanya juga penyair, bahasanya kadang bikin lucu sendiri sih. Selidik punya selidik si Gadis sudah temenan sama si tuan beransel di facebook, ternyata si tuan beransel ini seorang pujangga dan pendaki. Kebayang ga sih kalau seorang pendaki bisa menulis puisi yang romantis? Oke lanjut. Gadis dan tuan beransel ini saling melempar puisi pada status FB mereka, gak di sangka-sangka si tuan beransel ini message Gadis.


'Hai Gadis, salam kenal. Aku suka melihatmu di sela-sela senjaku, dan kamu kadang mengganggu hari-hariku. Maaf, aku tak bermaksud bilang kamu menganggu, tapi kamu memang benar-benar menggangguku'


Gadis bingung maksud nya mengganggu apa, Gadis merasa tak melakukan apapun terhadap tuan beransel. Dia hanya bermain kata-kata melalui status FB nya. Semenjak itu Gadis tidak pernah bermain kata, Gadis menghilang dari kehidupan tuan beransel. Gadis melalui hari-hari dengan kebiasaannya berkicau dengan kata-kata yang puitis. Sampai suatu hari Vivi mengajak Gadis dan teman-teman yang lain untuk rafting. Awalnya Gadis ragu, ada apa gerangan si Vivi ngajak rafting, berhubung teman-temannya pada ikut Gadis mau ga mau harus ikut.

Seminggu kemudian mereka berkumpul di lokasi keberangkatan, Gadis yang tadinya ceria ketawa-ketiwi haha hihi mendadak diam ketika melihat sosok tuan beransel. Gadis mendekati Rini.


"Heh, lo kenapa ga bilang ada si tuan beransel."


"Gue gak tau Dis, ini acara kan yg ngajak si Vivi lo tanya aja ama dia. Tapi bukannya lo seneng ada doi?"


Gadis kembali diam, mereka berangkat menuju lokasi rafting dengan minibus. Ternyata eh ternyata si tuan beransel sengaja memilih duduk dekat Gadis. Ciye Gadis, pasti deg-degan tuh.


"Hei, Gadis yang selalu mengganggu ku. Kau tak pernah terlihat lagi di senjaku. Aku rindu" ucap Tuan beransel

Gue rasa si gadis pasti lagi deg-degan di tambah senyum-senyum sendiri  dengar kata 'rindu'.
"Ngomong sama gue?" Mendadak si Tuan beransel speechless, ternyata dapat reaksi yang tidak di harapkan.
"Duh, yaiyalah gue ngomong sama lo, masa ama kaca." Sambil senyum maniissss banget.


Dan gue rasa lagi-lagi si Gadis sebenernya mau jijingkrakan kesenengan.


"Ya kali, lo ga waras. Mihihihi"

"Jawab pertanyaan gue dong Gadis"
"Yang mana?
"Yang lo kira gue ngomong ama kaca"
"Oooooh, itu. Iya itu, anu. Gue sibuk kuliah, jadi udah jarang duduk di sana, lagian malah ganggu lo latihan kan ga enak"
"Oaaaalaaah, gue tau nih kenapa lo ga bales message gue. Pasti lo kira, lo  bener-bener ganggu gue yah?"


Gadis hanya menganggukan kepala dengan muka melas.


"Emang ganggu sih" jawab Tuan beransel agak ketus
"Tuh kan" Makin melas


Percakapan terhenti, Tuan beransel di panggil temannya. Gadis bermain dengan pikirannya. Sebentar-bentar menoleh kearah Rini sambil menye-menye. Rini hanya melet-melet membuat Gadis makin kesal. Singkat cerita si Tuan Beransel sehabis acara rafting kemarin semakin akrab dengan Gadis, sering Sms-an dan telfonan. Bahkan di dunia twitter dan FB mereka saling melempar puisi dan pujian-pujian. Teman-teman Gadis pun berfikiran mereka telah menjadi sepasang kekasih. Habisnya mereka terlalu romantis kalau dibilang bukan sedang berpacaran. 


'Terima kasih selalu mewarnai pagiku dengen ucapan selamat pagi'


Twit Gadis pagi itu sepertinya sangat riang. Namun ketika bertemu di kampus Gadis terlihat murung. 


"Gadis kenapa? Tumben murung padahal twitmu pagi ini ceria sekali" tanya           Daru


"Gimana yah? Si Tuan beransel udah seminggu ini ilang gada kabar. Dia lagi sibuk mapala kali ya?"


"Heemm, bisa jadi. Tapi kamu sms dia aja duluan."


"Gue ga mau ah, gengsi dong masa cewe sih yang sms duluan"


"Ya sudah terserah kamu"


Tidak lama kemudian Vivi dan Rini datang


"Tadi gue sama Rini papasan sama Tuan beransel lo tuh Dis. Doi hepi banget tuh. Tapi kenapa muka lo cemberut gitu? Berantem sama doi?"


"Jangan ganggu Gadis dulu deh yuk, dia mau sendiri" ajak Daru.

Mereka meninggalkan Gadis sendiri. Gadis masih sibuk dengan pikirannya, melihat henpon yang dia pegang.

'Rindu ku sudah memuncak, tapi ku tak mampu menyampaikan ini padamu. Terlalu malu juga aku bilang rindu.'
'Hei tuan beransel, sekarang kamu yang mengganggu hari-hariku, bukan sore saja, tapi pagi siang dan malam. Kamu terlalu sibuk berlari-lari dipikiranku'
'Senja itu aku sengaja duduk ditempat biasa untuk melihatmu, ternyata kamu tak ada disana'
'Sudahlah, aku lelah menahan rindu ini. Akan aku sudahi semua perasaan ini. Kamu memang benar mengganggu'


Gadis menjalani hari-hari dengan ke-galauan yang ada tanpa diketahui sahabat-sahabatnya. Meskipun Gadis satu kampus dengan Tuan Beransel dia tidak pernah bertemu dan papasan. Dalam hati kecil Gadis, dia sangat ingin bertemu dengan tuan beransel hanya sekedar mengobati rindu. Harapan hanya harapan, Gadis tetap tak bertemu si tuan beransel.


'Ketika sinar bintang memberi isyarat kerinduan, aku tahu itu kamu. Aku disini sudah memiliki bintang lain. Yang harus kujaga dan tak mungkin bintang ini aku lepas. Maaf'


Itu adalah status FB Tuan Beransel, Gadis terhentak. Kembali sibuk dalam fikirannya 'Dia sudah punya seseorang? Lalu apa maksudnya mendekati ku? Aaaah Brengsek! Mulai detik ini gak ada lagi kata Tuan Beransel di otak gue'


'Hei Gadis yang selalu mengganggu senja ku, kamu sudah terbang mengejar mimpimu. Semoga kamu bahagia.'


Gadis yang diam-diam masih kepo sama semua kegiatan si Tuan Beransel penasaran. Tapi ya sudah males untuk berharap lebih dengan sikapnya seperti itu. Sampai suatu hari Gadis yang sedang duduk di tempat biasa kala senja melihat Tuan Beransel sedang tertawa riang bersama seorang perempuan yang sedang duduk di sebrang Gadis. Semakin muak Gadis melihat itu semua. Semakin tidak mengerti apa maksud semua sikap yang diberikan padanya. Apa karena Gadis dan si Tuan beransel tidak memiliki status yang jelas sehingga seenaknya mempermainkan Gadis. Atau malah tuan beransel yang berfikir sedang di permainkan oleh Gadis. Sampai sekarang tanda tanya itu mungkin ada dibenak Gadis dan Tuan Beransel. Sekarang mereka berdua sudah hidup dengan kesibukan masing-masing. Tanpa jelas hubungan mereka bagaimana.

Jadi hubungan Gadis dan Tuan Beransel berakhir sebelum dimulai. Entah awalnya mereka yang terlalu nyaman dengan hubungan yang seperti itu. Semacam HTS, mungkin menurut mereka dengan begitu tidak akan pernah menyakiti perasaan satu sama lain. Atau mungkin mereka yang terlalu takut untuk memulai suatu hubungan. Yah, kemungkinan itu bisa terjadi dalam pikiran Gadis atau pun si Tuan beransel. Yang pasti tidak ada seorang pun yang tidak menginginkan kepastian kecuali orang itu terbiasa bermain-main dengan sesuatu yang dinamakan hati.


4 komentar:

  1. hei Gadis, kau tak perlu menjadi bintang untuk bercahaya, karena kaulah cahaya itu sendiri.
    hei Daru, LDR pasti lebih sulit, kepercayaan akan menjadi hal yang sangat penting.
    hei Vivi, kesempatan kedua itu harus ada, gunakanlah sebaik-baiknya karena tak ada kesempatan ketiga.
    hei Rin, maaf aku belum bisa berkata apa-apa, aku masih memegang janjiku untukmu, sampai waktunya tiba.
    hei Esa, sampahmu begitu indah.

    BalasHapus
  2. Hei tuan Anonim terima kasih :)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sampai kapan kau akan merindu? itu tak akan cukup non. Rindu miliknya berikanlah padanya. Dengan merindu dia takkan pernah melihatmu ada. Tuan Beransel disana juga cukup naif untuk menggambarkan perasaannya.

      Hapus